Labuan Bajo, suaranusantara.co – Alih waris gendang Rareng, Bonafentura Binsait sebut Blasius Panda bukan Tu’a Golo Rareng sedangkan Mersi Mance merupakan biang konflik tanah di Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat.
Putera tertua Gendang (Ruma adat) Rareng mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada tu’a Golo (fungsionaris adat) di Gendang Rareng.
Kata fungsionaris adat itu bahwa di kampung Rareng itu ada empat suku namun suku itu tidak mempunyai wewenang untuk menentukan tu’a Golo Rareng.
Empat suku tersebut yaitu suku Batu Balo Pu’u, suku Balo Rego, suku Lodek dan suku Batu Ngali yang menunjuk Panda sebagai tu’a Golo.
Alih waris fungsionaris adat, anak dari almarhum Mikael Abun mantan tu’a Golo Rareng, Bonafafentura Binsait menyebut Blasius Panda itu bukan tu’a Golo yang sebenarnya meskipun hubungan keduanya adalah kakak adik.
“Sampai saat ini belum ada tua golo di kampung Rareng juga tua golo di gendang Rareng. Semenjak meninggalnya bapak dari Blasius Panda tiga tahun lalu sampai saat ini kami belum duduk bersama atau dalam bahasa kami (indang di’a) atau musyawarah bersama,” kemudian tiga tahun lalu itu dia bunyikan gong untuk mengumpulkan warga mengadakan musyawarah tetapi saya tidak tahu apa temannya lalu saya langsung masuk di rumah orang tua dari Panda tempat warga Rareng berkumpul. Saat itu saya tanya Panda, kau mengerti atau paham tidak artinya membunyikan gong itu status kamu sebagai apa. jawaban Panda waktu saya bukan tua golo tetapi saya hanya bunyikan gong karena diperintah oleh bagu empat suku,” tegas Bona kepada suaranusantara.co saat dihubungi via telepon pada Sabtu 11 September 2025, pkl 19.47.
Bahkan ia (Bona) mengatakan status tu’a Golo tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan empat suku yang berada di kampung Rareng saat ini.
“Penjelasan lanjutannya untuk menentukan tua golo kampung Rareng itu tidak berdasarkan musyawarah batu 4. Jangankan batu 4 di dalam suku atau klen saya atau panga saya saja suku batu balo belum ada pertemuan untuk menentukan tua golo karena dalam suku saya ada dua suku lagi. Saya dengan Panda itu satu suku. Dari dulu kala sampai saat ini tua golo itu berada di suku saya,” tandas Bona dengan nada geram ketika statusnya sebagai tu’a Golo dilangkahi oleh adiknya Panda.
Terkait keterlibatan Robertus Rodi Mersi yang kerap dipanggil Mersi anak mantan kepala desa Tanjung Boleng, Bona tidak sungkan mengatakan bahwa nama Mersi tidak masuk dalam hitungannya.
Bahkan ia (Bona) mengatakan bahwa konflik tanah di wilayah Tanjung Boleng itu terjadi karena biangnya adalah ayah dari Mersi mance dan Mersi disebut sebagai dalang mafia tanah.
Anak dari Mantan tu’a Golo (fungsionaris adat) Rareng itu, tegaskan bahwa sebagai putera tertua Gendang Rareng statusnya tidak akan tergantikan oleh siapapun dan kapanpun.
“Saat ini saya tegaskan bahwa saya putera tertua Gendang Rareng sampai saat ini dan kapan pun. Putera tertua dari almarhum bapa Mikael Abun yang pernah menjabat sebagai tua golo, kakak kandung dari Yosep Arus bapa dari Blasius Panda. Begitu bapa saya meninggal jabatan tua golo itu di serahkan kepada Yosep Arus namun sampai saat ini kami belum duduk bersama. Tidak ada dalilnya karena saya tinggal di tempat rantau atau di mana saja saya berada pokoknya status saya tetap tidak bisa tergantikan oleh siapa pun,” beber Bona sembari mengingatkan Panda selaku adiknya yang kini berada bersama Mersi Mance yang tengah berjuang merebut lokasi Lengkong Warang yang merupakan milik ulayat Mbehal.
Pernyataan putera tertua fungsionaris adat Rareng ini dibenarkan oleh Adiknya yang merupakan anak dari Yosep Arus, adik dari Mikael Abun ayah dari Bona.
“Konflik tanah di Tanjung Boleng muncul sejak almarhun Herman Mance masih hidup dan sekarang muncul lagi anaknya Mersi Mance yang klaim tanah milik orang Mbehal hanya untuk dijual. Mersi ini tidak bekerja sendirian tentu dibekingi oleh pemilik modal. Saya sendiri sangat sayangkan ketika adik saya Panda bergabung dengan Mersi ini karena Mersi itu adalah pelarian dari Bima yang tidak mempunyai hubungan dengan status kami sebagai fungsionaris adat Rareng,” Jelas Bona.
Penjelasan Bona terkait keterlibatan Mersi Mance dalam kasus sengketa tanah Lengkong Warang saat ini, memperkuat keterangan dari Bona Abunawan fungsionaris adat Mbehal.
“Mersi itu adalah rumpun Batu Ngali asal Bima dan masuk ke Rareng sebagai buronan dari Bima karena mencuri emas. Jadi dia (mereka) tidak berhak untuk bicara hak atas tanah Ulayat apalagi dengan membuat opini atau narasi Bohong besar seperti ini. Mereka menyerobot tanah Lengkong Warang wilayah Ulayat Mbehal itu karena tidak tahu sejarahnya. Ada Kelompok orang asli Rareng dari suku Batu Balo yang tidak mau ikut-ikutan menyerobot tanah Lengkong Warang kecuali saudara Blasius Panda karena dia sudah dikondisikan oleh Mersy dengan kawan-kawan untuk menjual tanah di Lengkong Warang itu,” jelas Bona melalui pesan whatsApp kepda media ini, Senin (21/7/2025) lalu.
Sedangkan anak dari almarhum Yosep Arus, Blasius Panda mengakui bahwa dirinya diakui sebagai tu’a Golo karena ditunjuk oleh empat suku yang berada di kampung Rareng.
“Ya dari 5 pertanyaan ini, poin yang perlu saya jawab, Tua Golo Rareng Blasius Panda, kenapa harus di saya itu Tua Golo, yang pertama dari segi garis keturunan, terus yang ke dua Ulayat Rereng ini terdiri dari empat Suku. Yang tunjuk saya jadi Tua Golo ini Seluruh Warga empat Suku ini,” terang Panda melalui pesan whatsap saat dikonfirmasi awak media ini Jumat (12/9/2025) pkl 17.07
Sementara Robertus Rodi Mersi yang kerap dipanggil Mersi saat dikonfirmasi awak media terkait pengakuannya sebagai tokoh adat Rareng dalam kasus tanah Lengkong Warang yang diklaimnya sebagai milik ulayat Rareng tidak memberikan tangapan sesuai pertanyaan yang disampaikan wartawan.
Ia (Mersi) malah menghindari pertanyaan wartawan dengan menyuruh wartawan untuk menanyakan Bona Abunawan.
“Tidak penting untuk saya jawab pertanyaanmu. Kau minta Bonaventura Abunawan untuk menjawab pertanyaanmu,” tulis Mersi melalui pesan whatsap saat dikonfirmasi secara terpisah dengan Panda oleh awak media ini.
“Karena Bona itu, gudangnya sejarah. Bona Abunawan yg bertanya ke sy, akan sy jawab itu,” lanjut Mersi
Jawaban Mersi mencerminkan ketidakpahamannya terhadap kinerja pers yang berkewajiban mengkonfirmasi dirinya selaku narasumber.
“Kau suruh Bonaventura Abunawan, tanya ke saya. Apa yang mau ditanya. Saya akan jawab l itu manusia,” tulisnya dengan narasi perintah.