Labuan Bajo, suaranusantara.co – Busana adat khas Manggarai menjadi corak khsus yang ditampilkan oleh organisasi masyarakat Persatuan Pemuda Manggarai saat mengambil bagian dalam acara penjemputan Kapolda NTT Irjen Pol. Dr. Rudi Darmoko, S.I.K., M.Si. di Mako Polres Manggarai Barat pada Kamis 31 Juli 2025.
Busana bercorak Manggarai ini merupakan identitas yang menandai eksistensi PMBB dengan mengenakan ‘Sapu’ dan ‘Songke’ dalam setia hajatan penting organisasi, salah satunya ditampilkan saat menghadiri upacara penjemputan Kapolda NTT di Gerbang Polres Manggarai Barat.
Sapu dan songke merupakan pakaian adat Manggarai yang selalu digunakan dalam setiap hajatan sosial kemasyarakatan sebagai bentuk penghormatan terhadap setiap tamu penting yang datang di Manggarai.
Hal ini dilakukan oleh sejumlah Pemuda Manggarai Barat Bersatu (PMBB) saat tiba di halaman Polres Manggarai Barat.
Suasana yang penuh dengan nuansa budaya itu, anggota PMBB langsung membaur dengan anggota Sanggar Kope Oles Todo Kongkol yang membawakan ritus adat ‘tiba meka’ atau terima tamu, ronda dan fragmentasi caci yang menjadi salah satu simbol utama budaya di wilayah itu.
“Kami dari PMBB diminta oleh Polres Manggarai Barat untuk ikut serta dalam acara penjemputan Kapolda NTT. Kami di tugaskan sebagai pramu tamu di gerbang utama”, ujar Anduk, salah seorang anggota PMBB yang bertugas.
Sementara itu Ketua Umum Pemuda Manggarai Barat Bersatu (PMBB) menjelaskan bahwa budaya Manggarai memiliki berbagai cara dalam menyambut tamu, salah satunya adalah Tiba Meka, yang merupakan ritus penyambutan untuk memperkuat persaudaraan dan silaturahmi.
Ritus ini terdiri dari beberapa tahapan, termasuk penyambutan yang hangat, berbagi kebahagiaan, minum bersama, serta memohon keselamatan untuk tamu.
Selain dari itu terdapat juga tradisi Kepok, di mana warga lokal yang mengenakan pakaian adat dan tetua adat melakukan ritual untuk menyambut tamu.
Lebih lanjut, Obe Hormat memberikan apresiasi kepada para tokoh adat dan masyarakat yang hingga kini masih mempertahankan budaya Manggarai seperti para tetua asal Kampung Kaper Desa Golo Bilas dengan Sanggar Kope Oles Todo Kongkol.
“Tidak gampang mempertahankan budaya Manggarai, diperlukan upaya bersama dari seluruh masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait lainnya”, ujarnya.
Bagi Ketua Ormas PMBB itu pelestarian budaya dan menjaga tradisi adat istiadat, serta memperkenalkan budaya Manggarai kepada generasi muda dan wisatawan di Labuan Bajo sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) harus terus berlanjut.
“Ini sudah kita wujud nyatakan setiap ada tamu yang datang dan tugas kita sebagai generasi penerus harus bisa mempertahankan kebiasaan ini secara turun temurun”, pungkasnya