Mantan Ketua Kadin Provinsi NTT ini mengakui, selama ini memang sudah ada perhatian dari pemerintah terhadap sekolah-sekolah swasta, termasuk sekolah Kristen di daerah 3T. Namun tidak besar karena bantuan sebatas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Itupun tidak semua sekolah Kristen mendapatkannya.
“Kami tidak berharap setara seperti ke sekolah Madrasah di kalangan Muslim. Tapi setidaknya ada tambahan perhatian, terutama sekolah-sekolah Kristen di daerah 3 T,” jelas Abraham.
Dia menambahkan jika sekolah-sekolah swasta di Indonesia Timur seperti NTT dan Papua tetap eksis, akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dengan demikian, otomatis SDA berlimpah. Maka tidak lagi aset, sumber alam dan hasil lain dikelola orang asing tetapi dikelola oleh putra daerah sendiri.
“Indonesia bisa saja jadi negara maju tetapi daerah-daerahnya belum tentu maju-sejahtera. Tetapi kalau daerah-daerah seperti NTT dan Papua maju, otomatis Indonesia jadi negara maju,” tutup Abraham.
Sementara Ketua Umum MPK Indonesia, Hardi Irawan mengemukakan upaya yang akan dilakukan guna menciptakan sekolah-sekolah Kristen yang unggul. Pertama, membangun kolaborasi antar semua stakeholder sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Kedua, mempercepat proses digitalisasi pembelajaran di sekolah-sekolah Kristen.
Langkah ketiga adalah membantu sekolah Kristen yang tertinggal dengan meningkatkan kompetensi guru, kurikulum, dan infrastruktur. Keempat, mendorong industri untuk bekerjasama dengan Sekolah-Sekolah Kristen. Kelima, membangun jejaring dengan semua sekolah-sekolah Kristen di Indonesia dan dunia untuk menciptakan budaya inovasi dan kreatif.
“Saat ini, MPK Indonesia memang fokus ke sekolah-sekolah Kristen yang ada di daerah 3 T. Agar sekolah-sekolah Kristen di daerah 3 T tetap tangguh di tengah gempuran sekolah negeri. Kemudian bisa ditingkatkan kualitasnya sehingga tetap dimintai masyarakat,” ungkap Hardi.