Labuan Bajo, suaranusantara.co – Warga di sekitar kawasan konservasi sumber daya alam dan ekosistem kembali digegerkan ketika dua ekor komodo berukuran sedang memasuki area pemukiman warga dan halaman sekolah, terdeteksi bukan komodo Endi dan Viktor. Peristiwa ini terjadi di Kampung Warloka pesisir, desa Warloka, Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis 20/11/2025, siang.
Setelah dideteksi, dua ekor komodo yang memasuki pemukiman warga itu bukan komodo Endi dan Komodo Viktor yang dilepasliarkan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE KLHK) di Cagar Alam Wae Wuul pada Sabtu 23/9/2023 dua tahun yang lalu.
Dikutip dari pemberitaan media TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID Ada enam ekor komodo yang dilepasliarkan dengan nama masing-masing, diantaranya adalah komodo Endi yang merupakan nama terakhir dari Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi dan Komodo Viktor yang merupakan nama mantan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat. Sedangkan empat ekor lainnya diberi nama Satyawan, Indra, Sato dan Yansen
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi NTT Adhi Nurul Hadi juga membenarkan bahwa ke-6 ekor komodo itu masing-masing memiliki nama dan diduga bukan termasuk komodo yang dilepasliarkan itu.
“Kalo dari pemasangan gps telemetri, itu diduga tidak termasuk yg dilepasliarkan, krn gps telemetri yang terpasang harusnya keliatan secara kasat mata,” ungkapnya saat dihubungi awak media ini melalui pesan Whatsap, Jumat 21/11/2025.
Pihaknya menambahkan bahwa enam ekor komodo yang dilepaskan itu dapat dibedakan dengan komodo lain yang berada di Warloka dan sekitarnya
“Kami membedakan setiap komodo dengan memasang GPS telemetri yang memiliki kode dan warna yang berbeda. Selain itu pada tubuh komodo juga ditanamkan Pit Tag dengan kode nomor seri tertentu,” tambah Kepala BKSDA Propinsi NTT itu.
Ia juga mengatakan komodo yang dilepaskan itu sudah terpasang alat monitoring dan yang berpotensi konflik dipindahkan ke habitat lain.
“Khusus untuk mitigasi komodo pasca pelepasliaran, yang kami lakukan yaitu memasang alat untuk monitoring pergerakan komodo dan memindahkan komodo yg berpotensi konflik ke habitat lain (Pulau Ontole Ngada),” tegas Adhi
Menurut keterangan warga setempat, komodo yang memasuki area perkampungan itu tidak bisa diketahui pasti apakah dari wae Wuul atau komodo yang sudah lama berhabitat di hutan sekitar Warloka.
“Kalau setahu saya yang jelas komodo itu datang dari hutan lalu masuk ke kampung dengan ukuran sedang saja dan saya melihat itu persis komodo,” tutur Suhandy yang menyaksikan langsung peristiwa itu saat dikonfirmasi melalui whatsap jumat siang.
Ia (Suhandy) mengakui bahwa peristiwa ini sering terjadi bahkan sejak mereka masih kecil dan dianggap sudah biasa namun perlu diantisipasi mengingat keselamatan anak sekolah.
“Sudah lama tidak turun itu komodo, sekarang baru turun lagi. Kalau tahun 2020 dan 2022 pernah turun dan sekarang baru muncul lagi. Kemarin itu saya sempat foto itu komodo turun dua ekor dan ini merupkan kejadian kesekian kalinya. tetapi itu tadi yang kita takutkan cuman anak-anit,” pungkasnya
Terkait kejadian komodo masuk pemukiman warga dan masuk di kintal sekolah tokoh masyarakat setempat juga mengakui bahwa binatang itu sudah ada sejak lama dan sering masuk kampung juga di kintal sekolah Soknar.
Wilayah Soknar dan Warloka kata dia termasuk daerah penyangga yang pasti di sana ada komodo dan berkeliaran bebas ke mana sja.
“Memang benar, Warloka dengan Soknar itu daerah penyangga yang nota bene di sana ada komodo. Komodo Wae Wuul bisa masuk ke Warloka karena Wae Wuul juga bagian dari wilayah desa Warloka jadi tidak menutup kemungkinan komodo harus ada di sana karena satu daratan termasuk juga Golo Mori dan tidak ada pembatas buat mereka untuk berjalan ke mana saja,” jelas Haji Idrus Safira yang disapa Haji Idrus
Haji Idrus memastikan, komodo masuk di kampung itu bukan karena dilepasliarkan oleh oknum tertentu atau oleh Pemerintah tetapi sudah ada sejak lama.
“Jadi komodo ada di situ bukan karena dilepas oleh pemerintah tetapi sudah ada sejak kami masih kecil. Bahkan sekarang sudah agak mendingan tidak seperti dulu yang berkeliaran sampai di samping rumah dan makan ternak warga hanya tidak tahu kenapa mereka pindah dari wilayah Soknar tetapi dulu itu hampir setiap hari dia sikat kambing sekitar tahun 90 an dan 2000 an,” bebernya










































































