Jakkarta, Suaranusantara.co – Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 resmi dibuka, Kamis 11 November 2021. Namun bukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), seperti pada tahun-tahun sebelumnya, melainkan hanya oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.
Airlangga yang disebut-sebut sebagai salah satu bakal calon presiden pada pemilu 2024 berharap, pameran ini dapat mendorong kebangkitan industri otomotif Indonesia. Sebab otomotif memiliki efek ikutan yang tinggi.
“Saya melihat bahwa ada launching beberapa kenderaan baru di arena GIIAS ini dan juga kendaraan atau bermotor batrey vehicle yang diharapkan bisa menciptakan ekosismtem, supply chain eletric vehichle,” ujarnya dalam sambutan pada acara yang berlangsung di gedung International Convention Exhibition (ICE) BSD itu.
Lebih jauh Ketua Umum Partai Golkar itu menjelaskan, produksi otomotif tahun ini melonjak tajam dibanding tahun 2020. Hal itu tidak terlepas dari membaiknya penanganan Covid-19 oleh pemerintah. Pada 2021, produksi otomotif Indonesia mencapai 850.000, sedangkan pada 2020 hanya 530.000. Sementara total ekspornya naik dari 220.000 pada tahun lalu menjadi 300.000 di tahun ini.
Meningkatnya produksi otomotif juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang memberikan keringanan Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) hingga 100%. Pajak ini ditanggung oleh pemerintah dan negara mengeluarkan dana hingga Rp 3 triliun untuk insentif tersebut.
Namun, keringanan dari pemerintah ini harus diikuti pula oleh pengembangan teknologi guna mengurangi emisi dalam mendukung perubahan iklim atau climate change. Apalagi pemerintah sudah menerbitkan PP 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan yang berbasis pada tingkat emisi.
“Terkait climate change dari sektor otomotif, kita perlu memperbaiki emisi. si sisi otomotif kita sudah menjalankan B30. Dengan menjalankan ini, maka kepala sawit juga masuk dalam super cycle, sehingga harga klapa sawit sudah tembus 1200. Harga yang tinggi membuat nilai tukar para petani sawit di meningkat,” ujarnya.