Labuan Bajo, suaranusantara.co – Direktur Rumah Sakit Siloam akhirnya membungkam saat dikonfirmasi terkait dugaan malpraktik yang dilakukan oleh Dokter spesialis Mata terhadap salah seorang pasien asal kecamatan Lembor Selatan yang mengalami kondisi lebih buruk dari sebelumnya pasca operasi mata di Rumah Sakit Siloam, Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat-NTT 16 April 2025 yang lalu.
Dalam rangka mendapatkan penjelasan yang lengkap terkait dugaan itu, Awak media ini sudah berusaha menghubungi Direktur Rumah Sakit Siloam, melalui Whatsap, dijanjikan akan memberikan jawaban namun hingga saat ini pihaknya belum memberikan jawaban.
“Maaf baru cek wa nya.kami perlu waktu untuk telusur data pasien ini ya,” jawab Direktur itu melalui pesan Whatsap yang dikirim secara terpisah.
“Nanti agak sorean saya kabarin kembali ya pak,” pesan Dirut yang bernama Nina itu, pada Kamis 14/8/2025, Pukul 11.53 Wita
Sebelumnya wartawan media ini menghubungi Dirut, Nina melalui Whatsap. Pesan yang dikirim tercentang dua warna biru dan dibalas namun ketika mengirim pesan selanjutnya pada hari yang sama, pesan itu hanya centang satu
Centang satu pada pesan itu menandakan nomor wartawan sudah diblokir dan bahwa pihaknya menutup diri untuk memberikan penjelasan terkait kondisi yang dialami oleh pasien. Konfirmasi selanjutnya dikirim Selasa 19/8/2025, namun pesan itu tetap tercentang satu.
Dugaan malpraktik ini tidak hanya dialami oleh satu orang pasien tetapi beberapa pasien yang pernah menjalankan operasi mata di Rumah sakit Siloam juga turut mengalami hal yang sama.
Pengalaman buruk ini terbaca dari komentar Netizen setelah awak media ini memposting beberapa berita beberapa platform media sosial.
Salah satu dari sekian pasien itu adalah Natalia Virgiana Putri (12), pasien asal Wae Mege, Desa Watu Tiri, Kecamatan Lembor Selatan yang mengalami kondisi buruk setelah operasi mata di Rumah Sakit Siloam.
Adolfus dan Maria adalah petani dengan keadaan ekonomi pas-pasan oleh karena itu mereka hanya mengandalkan layanan BPJS Kesehatan agar bisa membiayai perawatan untuk anaknya.
Atas kondisi yang dialami oleh Putri, kedua orang tuannya Adolfus dan Maria selalu bergulat dalam keresahan memikirkan kesehatan mata dari anaknya.
Saat melakukan kontrol yang ke tujuh kalinya Adolfus beranikan diri untuk bertanya kepada Dokter yang merawat Putri namun Dokter mengatakan bahwa mata itu masih dalam proses pertumbuhan.
“Dokter katakan bahwa anak ini masih kecil jadi masa pertumbuhan tentu sedang berjalan. Mata sebelah itu kan bertumbuh terus sedangkan yang sebelahnya lagi tetap seperti itu. Tidak heran bapa selaku orang tua melihat mata anak ini seperti besar kecil begitu”, ungkap Adolfus mengulang perkataan dari Dokter Alif Reza.
Orang tua mulai menduga bahwa anaknya menjadi korban malpraktik dari Dokter yang merawatnya saat ia diberikan pilihan untuk rujuk ke Bali
“Dokter memberikan pilihan kalau tidak puas silahkan rujuk ke Bali nanti Siloam yang kasi rujukan,” kata Dokter itu kepada Adolfus
Suasana panik menyelimuti perasaan Adolfus ketika pada saat kontrol yang ketujuh kalinya Dokter baru menyampaikan bahwa di dalam mata anak saya ternyata masih ada benang jahit.
“Dokter juga baru sampaikan pada saya selaku orang tua ternyata mata anak saya sempat dijahit dan sampai sekarang masih ada benang di dalam mata. Kalau bapa mau terima resiko supaya kami cabut benangnya,” terang Adolfus kepada suaranusantara.co, Selasa (19/8/2025)
Kondisi ini semakin memperkuat niat Adolfus untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak Direktur Rumah sakit Siloam terhadap kondisi mata yang meresahkan ini.
“Saya sangat mengharapkan agar bisa ketemu langsung dengan Direkturnya mau minta pertanggungjawaban Rumah sakit terhadap keadaan mata dari anak saya ini. Karena Dokternya tidak memberikan penjelasan yang memuaskan saya selaku orang tua dari anak ini,” ujar Adolfus
Ibu kandung Putri pun tak henti mengucurkan air mata saat menyaksikan anaknya dalam kondisi cacat sejak kecil. Bahkan ia sesalkan mengapa harus memilih untuk operasi jika hasil akhirnya seperti ini.
“Saya sedih sekali melihat mata anak saya yang tidak ada perubahan setelah dioperasi. Malah mata anak saya ini selalu mengecil, buram, merah terus dan saya takut jangan sampai kemudian tertutup. Saya tidak tega melihatnya sampai saya menangis. Apa lagi obat yang diberikan oleh Dokter juga tidak pernah ada perubahan keadaannya tetap sama,” tutur Maria ibu kandung Putri.