Jakarta, Suaranusantara.co – Negara Inggris melaporkan peningkatan jumlah kasus baru Covid-19 telah mencapai16.840 kasus sepanjang Selasa 2 Februari 2021. Jumlah itu menjadikan total 3.852.623 kasus infeksi virus corona SARS-CoV-2 sudah di laporkan dari negara itu. Dalam peta penularan global Johns Hopkins University, angkanya bahkan tercatat 3.863.757, dan posisi Inggris menggeser Rusia di posisi ke-4 penyumbang jumlah kasus terbesar di dunia.
Inggris kini tepat berada di bawah Amerika Serikat (26.431.145), India (10.766.245), dan Brasil (9.283.418). Sedang Rusia kini ada di urutan ke-5 dengan jumlah kasus Covid-19 yang telah di laporkan sebesar 3.842.145. Adapun total kasus Covid-19 global sebanyak 103,8 juta.
Pada Selasa pula, Inggris melaporkan tambahan angka kematian karena Covid-19 sebanyak 1.449 orang. Secara akumulasi, angka kematian Covid-19 di Inggris sudah mencapai 108.013. Di peta Johns Hopkins University, angkanya 108.225 dan berada di urutan terbesar ke-5 dunia.
Dari 2,2 juta jumlah kematian Covid-19 dunia per saat ini, kasus terbesarnya juga disumbang Amerika Serikat dengan 446.744 kasus. Berturut-turut setelahnya adalah Brasil (226.309), Meksiko (159.533), dan India (154.486), lalu Inggris.
Covid-19 Bermutasi Lagi, Inggris Menggeser Rusia
Pemerintah Inggris berusaha menjawab laju penambahan kasus baru Covid-19 di negaranya itu dengan berupaya memacu vaksinasi. Sebanyak lebih dari 9,6 juta warganya telah menerima suntikan dosis pertama vaksin Covid-19.
“Kami kini telah melindungi hampir sembilan dari 10 warga yang berusia 80 tahun ke atas. Dan hampir separuh dari mereka yang berusia 70-an tahun,” kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock di hadapan sebagian anggota parlemen setempat, Selasa pagi lalu.
Namun, upaya itu di pastikan tidak mudah bagi Hancock. Bersamaan dengan pernyataannya itu, laporan terbaru menyebut temuan kasus mutasi virus corona Covid-19 terbaru di Inggris. Tepatnya di Bristol dan Liverpool.
Penelitian terhadap sampel virus dari 11 kasus asal Bristol dan sekitarnya telah mengidentifikasi SARS-CoV-2 varian B.1.1.7. Ini adalah varian yang sama dengan yang di temukan di Kent. Dan di ketahui pula memiliki kemampuan menginfeksi lebih tinggi dan karenanya lebih menular.
Bedanya, pada 11 sampel itu di dapati pula adanya mutasi E484K. Nah, yang ini mirip dengan yang di temukan pada varian virus Covid-19 asal Afrika Selatan. Yang telah di ketahui pula mampu meliuk dari pertahanan antibodi alami.
Klaster 32 kasus di Liverpool juga menunjukkan mutasi yang sama. Tapi, bedanya dari di Bristol, virus yang bermutasi itu berelasi dengan varian atau galur SARS-CoV-2. Yang pertama datang ke Inggris setahun lalu.
Ahli virologi dari University of Leicester, Julian Tang, mengatakan mutasi E484K adalah yang di yakini menjadi, “mutasi utama yang mempengaruhi efikasi vaksin.”. Dia juga mencemaskan kemunculannya di beragam varian yang berbeda. “Kegagalan untuk mengendalikan penyebaran virus ini bisa menjadikan Inggris sebuah ‘melting pot’ untuk mutasi virus-virus Covid-19,” katanya memperingatkan. (SN)