Menurut pemilik Universitas Citra Bangsa Kupang ini, supaya waktu coblos cepat dan efektif, tinggal ditambahkan bilik suara di TPS. Jika selama ini hanya empat bilik suara maka pada Pemilu 2024, harus lima atau enam bilik. Dengan penambahan bilik tersebut, waktu coblos tidak terlalu lama.
“Harus ada lima atau enam bilik. Karena waktu coblosnya diperpendek. Itu solusinya,” tegas Abraham.
Dia tidak ingin mengulangi pengalaman Pemilu 2019 yang menyebabkan ada 894 petugas pemilu yang meninggal dunia dan 5.175 orang yang menderita sakit. Dia berharap Pemilu 2024 tidak makan korban lagi dengan memperpendek waktu coblos dan menambah bilik suara.
Dia juga mendukung usulan KPU yang memperkecil jumlah pemilih tiap TPS dari 500 orang menjadi 300 orang. Hal itu juga bertujuan agar waktu coblos bisa cepat.
“Angka 500 orang per TPS itu kebanyakan. Saya dukung usulan KPU agar pemilih tiap TPS dikurangi cukup 300 orang saja,” tegas mantan Ketua Kadin Provinsi NTT ini.
Sebelumnya, Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari menyebutkan angka 300 pemilih per TPS sudah berdasarkan perhitungan dari simulasi dan Pemilu 2019, di mana rata-rata pemilih menghabiskan waktu lima menit untuk mencoblos lima surat suara. Jika ada 300 pemilih dalam satu TPS, total waktu yang diperlukan mencapai 1.500 menit atau 25 jam. Dengan keberadaan 4 bilik di TPS, durasi pencoblosan diperkirakan sekitar 6 jam.
“Durasi pemilu kita di TPS jam 07.00-13.00, sekitar 6 jam. Jadi kalau dilebihkan dari 300 (pemilih per TPS), berat,” ujar Hasyim.