Suaranusantara.co – Dalam rangka 70 tahun ulang tahun paroki dan 77 tahun HUT RI, Paroki St. Paskalis – Gereja Katolik Santo Paskalis Cempaka Putih mengadakan seminar kebangsaan pada Sabtu (27/08/2022) di Aula Fransiskus, Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta.
Seminar ini bertema “Transformasi Gereja di Era Digital: Model Pastoral dan Partisipasi Umat Pasca Pandemi.” Narasumber yang dihadirkan dalam seminar ini ialah Philip Gobang (Staf Khusus Menkominfo Bidang Komunikasi Politik), Yustinus Prastowo (Staf Khusus Menkeu Bidang Komunikasi Strategis), Rm. Dr. Andreas Atawolo OFM (Dosen Teologi Dogmatik STF Driyarkara), Priscilia Cynthia dan Joseph Kenny (Orang Muda Katolik dan Pendiri Jobready). Dosen sekaligus pengurus pusat Pemuda Katolik, R. Bondan Wicaksono ditunjuk sebagai moderator selama seminar berlangsung.
Materi yang diberikan berisi berbagai tanggapan secara kritis atas situasi yang sedang berkembang saat ini. Seminar ini juga berusaha untuk memperdalam pemanfaatan kemajuan media digital secara bijaksana.
Pastor Paroki Santo Paskalis Cempaka Putih, Romo Jemianus Hendrik Rance Tnomat, OFM, dalam sambutannya, menyatakan bahwa seminar ini dilandasi oleh pemikiran oleh kemajuan dunia ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang tak dapat dibendung. Kemajuan tersebut menghadirkan peluang sekaligus tantangan di hampir semua aspek kehidupan.
Imam yang biasa disapa Romo Jimi ini mengharapkan agar seminar ini memberi inspirasi dan semangat bagi umat agar bijaksana dalam berteknologi. Umat diharapkan mampu menggunakan media komunikasi iman demi meningkatkan relasi yang kondusif dan harmonis.
Philip Gobang menyampaikan bahwa dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, Kominfo telah berusaha menyusun rencana besar untuk kepentingan bangsa.
“Kementerian Kominfo di bawah kepemimpinan Pak Jhoni Plate, dia menyusun peta dan jalan digitial 2021-2024. Ada empat fokus pada hal yang strategis yaitu, infrastruktur digital, pemerintahan digital, teknolgi digital, dan masyarakat digital,” ujar Philip.
Yustinus Prastowo menyampaikan sharing penelitian di Jepang menemukan bahwa kecenderungan bunuh diri meningkat beberapa tahun terakhir hanya karena kurangnya jumlah like di media sosial yang mereka miliki. Untuk itu pendidikan dan kesadaran digital perlu ditingkatkan.
Lulusan STF Driyakara ini juga menyampaikan bahwa Kementerian Keuangan selalu menyiapkan banyak beasiswa untuk pendidikan lebih baik, tetapi sangat sedikit orang Katolik yang mau mengambil kesempatan itu. Untuk itu, dia mengajak agar uang bantuan negara melalui beasiswa digunakan dengan baik untuk melanjutkan pendidikan siapa saja, termasuk orang muda Katolik yang sekarang masih sangat rendah jumlahnya.
Pemateri Rm. Dr. Andreas Atawolo OFM merefleksikan kemajuan teknologi tidak dapat menggantikan kontak antara manusia. Justru teknologi harus mampu melengkapi dinamika hidup kristiani untuk menghayati Iman.
Dengan semangat aggiornamento, Gereja terbuka dan menerima perubahan dunia., Gereja menerima kemajuan digital tanpa harus tergantung padanya. Kemajuan teknologi digital tersebut diterima sejauh berguna untuk kebaikan manusia dan menjadi sarana pewartaan.
Meski misa secara digital umum dilakukan selama pandemi Covid-19 dan itu dibenarkan oleh dokumen Gereja, di sisi lain ada dokumen resmi Gereja juga yang menolak penggantian media digital untuk peribadatan Katolik. Untuk itu, iman tersebut harus tetap tumbuh dalam segala situasi. Jadi, saat tidak ada lagi social distancing, diharapkan semua ikut misa secara offline.
“Kalau ada istilah ex ecllesiam nulla salus, di luar Gereja tidak ada keselamatan, sekarang ini di luar jaringan tidak ada keselamatan,” seru Rm. Andre yang diiringi dengan tawa peserta.
Kenny dan Chyntiha yang mewakili OMK dan pegiat sosial media menyampaikan tentang usaha mereka untuk mengembangkan apps Readyjob yang beberapa bulan ke depan akan dirilis ke publik. Sementara ini, mereka telah menjalin kerjasama dengan puluhan perusahaan. Keduanya merupakan pengusaha muda Katolik yang berusaha memberikan ke publik lowongan kerja terpercaya dan memuaskan bagi pencari kerja. Dalam wawancara dengan media, Jobready dirancang untuk menjdai yang terbesar di Asia Tenggara.
“Kami ingin membuka dan memberikan kerja kepada minimal 5 juta orang dalam beberapa tahun ke depan. We want to be the best in Southeast Asia.”, Kenny yang merupakan lulusan magister Managemen ini.
Cynthia juga menyampaikan bahwa Jobready ini bisa memberikan peluang kepada siapa saja walaupun tidak sesuai jurusan ilmu yang diambil.
“Semua ada kesempatan. Yang marketing bisa jadi IT, bahkan yang IT jadi marketing,” ujar lulusan Binus University ini.