.Jakarta, Suaranusantara.co – Sebagai kolektor batik dan pecinta kearifan budaya lokal, Masita Riany, bertutur bahwa dibalik corak dan motif sehelai kain batik tulis terkandung nilai dan kisah dengan filosofi hasil pemikiran manusia yang mendalam.
Corak batik tulis adalah simbol-simbol yang mengandung pesan tersembunyi yang melukiskan makna berpikir masyarakat para pembuatnya. Sehingga karya ini bukan semata-mata di buat hanya berdasarkan nilai estetika agar terlihat indah saja.

Proses Pembuatan
Batik tulis motif 3 Negeri adalah salah satu koleksi yang sangat di sukai oleh Masita. Batik ini sangat melegenda hingga ke mancanegara, karena merupakan master piece, sebuah karya seni yang indah, paduan corak dari 3 tempat, yaitu Lasem, Pekalongan dan Solo.
Proses pembuatan batik sangat rumit dan panjang. Saat pewarnaan juga hanya dapat di lakukan di masing-masing tempat tersebut. Untuk warna merah di lakukan di Lasem, warna biru di Pekalongan, dan warna coklat di Solo.Batik 3 Negeri dengan kombinasi bunga, daun serta isen-isen khas batik merupakan mahakarya yang begitu indah dengan makna filosofi bernilai tinggi dan historis.
Koleksi batik tulis terdapat banyak lagi motif-motif antara lain motif semen. Dan yang menjadi favorit Masita adalah batik Sogan Semen Prabu Lawas yang antik berlapis prada. Filosofi motif semen prabu ini identik dengan kedudukan seseorang yang tinggi.
Batik ini mengandung makna permohonan agar dapat mencapai kelanggengan yang luhur dan bisa memberi pengayoman dalam kehidupan, sehingga batik ini bisa di pakai siapa saja dan tergolong batik jenis tengahan.
Pembuatan batik tulis di dasari oleh harapan-harapan yang di ilustrasikan diatas sehelai kain menggunakan simbol-simbol tertentu. Setiap detail di buat dengan ketelitian yang tinggi, penuh dengan ketenangan yang di resapi, kesabaran. Dan juga keseimbangan antara hati, pikiran dan jiwa manusia.
Masita menghimbau agar masyarakat Indonesia ikut merawat, mencintai dan melestarikan batik dengan cara mengenal dan mengetahui lebih mendalam,. Selain itu, juga bangga mengenakannya dan belajar melakukannya atau mengikuti kelas eni membatik. Perlu di sadari dan di ingat bahwa tiap kain batik tulis yang di kenakan merupakan karya seni bernilai tinggi, keringat dan jerih payah para pembuatnya,
Batik tulis sebagai salah satu dari kekayaan warisan budaya Nusantara yang luhur, memiliki nilai historis yang tak ternilai harganya.
Masita Riany, seorang pegiat lingkungan, seniman dan kolektor batik tulis, yang tinggal di Jakarta berbagi cara mencuci dan merawat kain batik tulis agar awet serta tahan lama. Bagi Anda yang memiliki koleksi batik tulis dan ingin supaya tetap terjaga dengan baik, maka bisa dilakukan beberapa cara dibawah ini. Semoga bermanfaat.
Cara mencuci untuk membersihkan
Mencuci baiknya menggunakan air lerak, biasanya sudah dijual dalam botol atau bisa menggunakan air lerak yang kita buat sendiri dari buah lerak. Jangan menggunakan sabun cuci agar warna kain batik tulis tetap awet. Dan jangan pernah mencuci kain batik tulis dengan mesin pencuci. Rendam kain batik dalam larutan (kurang lebih 5 liter air dicampur 3 tutup botol air lerak) selanjutnya kain dikucek-kucek dengan tangan sampai berbusa, kemudian bilaslah dengan air bersih.
Pengkanjian
Bila di perlukan, setelah di lakukan pencucian kain batik, supaya permukaannya bagus dapat di lakukan pengkanjian. Siapkan air panas secukupnya di ember sekitar 4-5 liter. Larutkan sekitar 2 sendok makan tepung kanji dalam 1 gelas air biasa (jangan air hangat/panas).
Baru kemudian masukkan larutan kanji ke dalam 5 liter air panas dalam ember, di aduk rata. Masukkan kain batik ke dalam ember, lalu ratakan larutannya dan diamkan sebentar. Angkat, peras dan keringkan, kemudian di angin-anginkan.
Pengeringan
Cukup di angin-anginkan pada tempat yang teduh, jangan di jemur di bawah sinar matahari langsung. Sebaiknya jangan menggunakan setrika untuk menghaluskan permukaan kain batik.
Perawatan dan pengasapan
Sebaiknya kain batik tulis yang sudah di jemur di angin-anginkan. Jika sudah kering, kemudian di lakukan pengasapan dengan ratus wangi agar kain batik menjadi harum sebelum di simpan. Cara pengasapan yaitu pertama bakar ratus. Setelah api hilang berganti asap, masukan dalam kurungan ayam bambu atau rotan besar dan taruh ratusnya tepat di tengah kurungan dan gelar kain di atasnya hingga menutupi seluruh permukaan kurungan tersebut. Biarkan beberapa jam. Ratus wangi biasanya terdiri dari bahan-bahan aromatik alami seperti kayu cendana, kayu manis dan akar wangi.
Penyimpanan kain batik tulis
Kain batik tulis sebaiknya di simpan dalam lemari tertutup yang tidak terkena sinar lampu atau matahari secara langsung. Atau pada tempat yang tidak lembab.
Kalau saya pribadi tidak mau menggunakan kapur barus dalam lemari di mana saya menyimpan kain-kain batik tersebut. Karena akan merusak aroma ratus pada kain yang sudah di asap. Selain itu juga menyebabkan kain menjadi mudah rapuh. Agar tidak ada renga tatau rayap yang mengganggu, saya lebih suka menaruh beberapa dupa wangi (tidak di bakar ya, biarkan begitu saja dupanya). Yang sudah di buka dari bungkusnya di dekat kain-kain tersebut.
Dan agar kain tidak mudah berjamur, biasanya saya menaruh mangkuk kecil berisi arang dalam lemari penyimpanan kain tersebut. Bisa juga menggunakan rempah seperti lada butir, cengkeh, kayu manis atau akar wangi. Semua bahan di masukkan ke dalam mangkuk atau kantung dengan rongga besar. Agar kain batik bisa awet di simpan lama. Jangan di wiru (di lipat-lipat ujungnya) karena menjadi mudah sobek.
Sebulan sekali, walau kain tidak di pakai, ada baiknya kain-kain batik di keluarkan dari lemari. Kemudian di angin-anginkan, supaya tidak di makan rengat atau rayap dan juga untuk menghindari kain berjamur.