Jatim, Suaranusantara.co – Masyarakat Osing Di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki ritual unik yaitu selamatan tahunan yakni Barong Ider Bumi.
Tradisi ini merupakan upacara sinkretisme sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan masyarakat desa. Manyarakat juga mengenalnya sebagai Ritual Pengusir bahaya (Tolak Bala). Mereka menjalankan tradisi ini secara rutin pada bulan Syawal, tepatnya pada hari ke 2 Lebaran Idul Fitri.
Angka 2 melambangkan dualitas pada ciptaan Tuhan, seperti seperti siang-malam, suka-duka, baik-buruk, dan laki-perempuan. Masyarakat Osing melaksanakan tradisi berdasarkan waktu ini secara ketat. Jika pelaksanaan ritual Barong Ider Bumi di luar waktu tersebut, mereka percaya akan terjadi bencana bagi masyarakat, terutama bagi keluarga yang melestarikannya.
Makna Tradisi
Unsur kata Ider Bumi ada memiliki makna, yakni kata ider yang berarti berkeliling kemana-mana, dan kata bumi yang berarti artinya jagad atau tempat berpijak. Dari arti kedua kata tersebut, Ider Bumi dimaksudkan sebagai kegiatan mengeliling tempat berpijak atau bumi.
Masyarakat Osing selalu menyambut Barong Ider Bumi dengan gembura karena terkait dengan keyakinan akan keberadaan Danyang Dusun Kemiren yakni Buyut Cili. Walalu Buyut Cili hanyalah sebuah mitos karena tidak ada bukti otentik mengenai cerita tersebut kecuali keterangan lisan warga setempat.
Mitos tersebut adalah cerita turun temurun dan masyarakat Osing mempercayai keberadaannya. Mereka menjadikan keyakinan itu sebagai pedoman hidup. Sehingga manusia harus selalu berbuat baik dan mengingatkan bahwa di luar mereka ada kekuatan lebih besar yang mampu mempengaruhi.
Asal-usul Tradisi Barong Ider Bumi
Ritual Idher Bumi berawal dari peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1800-an. Pada saat itu Desa Kemiren terserang Pageblug atau Blindeng dalam Bahasa Kemiren. Pageblug adalah keadaan bencana tiba-tiba yang menjadi momok bagi sebagian besar Masyarakat Jawa.
Di Desa Kemiren, peristiwa ini tidak hanya menyebabkan tanaman di sawah warga di serang hama namun juga menyebabkan kematian sebagian warga.
Karena kejadian itu, para sesepuh berinisiatif mendatangi makam Buyut Cili untuk berziarah dan berdo’a. Setelah beberpa hari mereka mendapatkan wangsit lewat mimpi, berupa petunjuk untuk memberantas pageblug yang melanda desa.
Wangsit yang mereka terima memberikan isyarat agar masyarakat Desa Kemiren mengadakan upacara selamatan dan arak-arakan yang melintasi jalan desa. Setelah mereka melaksanakan petunjuk Buyut Cili, semua penyakit atau pagebluk hilang.
Ritual Barong Ider Bumi
Tradisi Ider Bumi menyajikan seni pertunjukan arak-arakan dengan yang melintas dari ujung timur hingga ujung barat Desa Kemiren. Arah barat dalam ajaran agama Islam adalah kiblat.
Arak-arakan Barong Ider Bumi mulai setelah waktu Dhuhur saat cuaca tidak terlalu panas. Mereka berangkat dari Rumah Barong dan berakhir di tempat pelaksanaan selamatan. Peserta arak-arakan biasanya diawali 2 orang yang membawa umbul-umbul khas Desa Kemiren.
Setelah itu keluar Kesenian Barong mulai denan sepasang penari macan-macanan. lalu menyusul pitik-pitikan (ayam-ayaman) dan dibelakangnya muncul penampilan barong yang menari sambil berjalan dengan iringan musik.
Urutan berikutnya adalah seorang modin yang menabur sesajen. Lalu kaum ibu yang menggendong Bokor Kuningan Sesaji dan kelompok Jebeng-Tulik (muda -mudi Osing berbusana khas banyuwangi). Masih ada lagi, Pembawa Tumpeng, Kelompok Jaran Kecak, Kelompok Musik Rebana dan Kelompok Aparat Desa. Kelompok Musik Kuntulan berada di baris paling belakang dan kelompok masyarakat ikut memeriahkan acara ini.
Urutan tersebut tidak mutlak dan seiring perkembangan terdapat pengurangan atau penambahan.
Selamatan di atas gelaran tikar mengakhiri arak-arakan. Pembacaan doa dalam bahasa Osing dan Arab mengawali sesi ini. Kemudian lanjut dengan acara makan bersama dengan menu tradisional Osing yakni Pecel Pithik. Dalam suasana kebersamaan ini masyarakat semakin tampak akrab tanpa memandang status sosial, sebab Tradisi Selamatan Ider Bumi ditujukan untuk kebutuhan bersama.