Roma, Suaranusantara.co – Matteo Pessina sedang merenda masa-masa indah bersama Timnas Italia di Piala Eropa 2020. Ia menjadi pahlawan kemenangan Italia atas Wales pada laga terakhir fase grup beberapa hari lalu. Ia mencetak satu-satunya gol kemenangan Gli Azzuri.
Gol tersebut sekaligus memastikan Italia menyelesaikan fase grup secara sempurna. Mereka meraup sembilan dari sembilan poin yang tersedia. Hasil ini menempatkan Italia sebagai salah satu favorit jawara kompetisi ini.
Namun siapa sangka Matteo Pessina bukan hanya seorang pesepakbola. Ia juga adalah mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Luiss Roma. Di luar aktivitas sepakbola, dia berganti baju sebagai mahasiswa.
Sebagai mahasiswa, ia juga lebih banyak mengisi waktu luangnya untuk membaca buku daripada bermain PlayStaion. Beda dengan para pemain sepakbola profesional lainnya yang mengisi waktu luang dengan bermain game.
Ketekunan Pessina dalam menuntut ilmu tidak terlepas dari peran ibunya yang adalah seorang arsitek. Ia ingin mengikuti jejak sang bunda. Namun ibunya justru mendorong dia belajar administrasi dan ekonomi di Universitas Luiss di Roma.
“Ketika saya masih muda, saya belajar matematika dan geometri. Kedua bidang ini membantu saya membuka diri dan berpikir lebih cepat,” ujarnya sebagaimana di kutip dari Marca.com.
Moncer
Namun siapa sangka, karier sepakbola Pessina juga tetap moncer. Ia menekuni olahraga ini dari tingkat paling bawah.
Ia menjalani debut sepakbolanya bersama klub Monza pada 2014. Satu tahun berselang, ia diikat kontrak oleh klub elite AC Milan, sebelum kemudian pindah ke Lecce, Catania, Como, dan kini berlabuh di Atalanta.
Kecemerlangan Atalanta baik di Liga Serie A maupun Liga Champions Eropa dalam beberapa tahun terakhir juga membuat para pemain klub itu dilirik, termasuk Pessina.
Penampilannya bersama klub dari Bergamo itu memikat hati pelatih Italia, Roberto Mancini. Meskipun, ia dipanggil pada detik-detik terakhir untuk menggantikan Stefano Sensi yang dicoret karena mengalami cedera sebelum pesta sepakbola tertinggi Eropa itu digelar.
Di panggil ke Timnas Italia sungguh membanggakan Pessina. Walaupun sebagai pemain yang membela tim medioker secara ekonomi, Pessina menyandang predikat sebagai pemain dengan gaji terendah di banding para pemain lain. Ia hanya mendapat gaji 400.000 euro per tahun.
Meski demikian, ia tidak kikuk berada di tengah para bintang yang membela klub-klub kaya raya Eropa. Seperti dari Juventus, Inter Milan, AC Milan atau Paris Saint-Germain (PSG) dengan gaji selangit.
“Ini sebuah dongeng untuk saya. Laga melawan Wales sangat sempurna, sebuah laga debut sebagai starter di Piala Eropa. Lebih-lebih, mencetak gol adalah sebuah mimpi sejak pertama kami menekuni sepakbola. Saya tidak akan bisa tidur satu pekan,” kata Pessina.
Lebih lanjut dia bercerita, “Saya menjadi contoh bahwa para pemain yang merumput di Serie C bisa masuk ke tim nasional bila mereka mau mengorbankan diri.”