Jakarta, Suaranusantara.co – Sekelompok ilmuwan terkemuka dari berbagai negara meminta WHO untuk serius meneliti teori covid-19 yang mengatakan bahwa asal virus dari laboratorium.
Seperti sudah jamak di ketahui, Covid-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada akhir 2019. Kini virus itu telah menewaskan 3,34 juta jiwa. Virus ini juga menyebabkan kerugian triliunan dolar, dan merusak mental jutaan orang di dunia.
“Investigasi lebih lanjut di perlukan untuk menentukan asal-muasal dari pandemi ini,” tulis kelompok yang terdiri dari 18 ilmuwan itu. Pernyataan termuat dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh jurnal Science, Jumat (14/5/2021).
Lebih lanjut mereka mengatakan teori yang meyakini bahwa virus itu bocor dari sebuah laboratorium. Dan teori mengemukakan tentang peristiwa zoonosis – berpindahnya virus dari binatang ke manusia – masih sama-sama bisa di terima.
Satu dari dua teori itu baru boleh di singkirkan jika para WHO sudah memperoleh data yang cukup serta meyakinkan.
Desakan terhadap WHO
Desakan ini di sampaikan untuk menanggapi hasil investigasi WHO pada Maret lalu. Mereka mengatakan bahwa hampir mustahil Covid-19 pada mulanya berasal dari laboratorium. WHO, selama empat minggu pada periode Januari – Februari 2021, memang melakukan penyelidikan di Tiongkok.
WHO, yang laporannya di susun bersama para ilmuwan China, menegaskan bahwa kemungkinan besar virus corona Sars Cov-2 yang memicu Covid-19 berasal dari binatang yang kemudian melompat ke manusia.
Tetapi menurut para ilmuwan yang menulis surat terbuka ini, WHO tidak adil dalam meneliti dua teori ini. Dalam suratnya menyebut bahwa dari 313 halaman laporan tentang asal-muasal Covid-19 yang disusun WHO, hanya 4 halaman yang membahas tentang teori laboratorium.
Bukti Teori
Mereka juga mengutip komentar Diretur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus yang mengatakan bahwa bukti-bukti tentang teori Covid-19 berasal dari laboratorium kurang lengkap dan menganjurkan agar bukti-buktinya dicari kembali agar investigasinya benar-benar lengkap.
Adapun para peneliti yang menulis surat itu antara lain Ravindra Gupta, pakar mikrobiologi dari Universitas Cambridge, Inggris; Jesse Bloom, pakar evolusi virus pada Pusat Riset Kanker Fred Hutchinson di Seattle, AS; dan David Relman, pakar mikrobiologi di Universitas Stanford, AS.