Di tempat terpisah, tokoh masyarakat sekaligus tokoh pariwisata Labuan Bajo, Pastor Marselinus Agot, SVD menyayangkan rencana penetapan tarif masuk TNK. Di samping tarif yang sangat tinggi, rencana tersebut juga tidak ada sosialisasi ke masyarakat.
“Kami sangat terkejut dengan keputusan baru yang dikeluarkan kementerian LHK dan Pemprov NTT. Tanpa sosialisasi kepada masyarakat langsung diterapkan Agustus 2022. Tiket masuk pulau Padar dan Loh Liang sangat,sangat, sangat mahal. Betapa tidak. Tiket ke Padar Rp.3.700.000, demikian juga tiket ke Loh Liang. Berapa banyak wisatawan yang bisa membeli tiket super mahal tersebut,” kata Marsel.
Dia mengaku telah mengirim pesan lewat Whatsapp (WA) kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar. Kepada Siti, Marsel memberi tahu bahwa wisatawan yang ke Labuan Bajo mayoritas “backpacker”. Dengan demikian keputusan antara kementerian LHK dengan Pemprov NTT akan mematikan pariwisata Labuan Bajo.
“Akan terjadi banyak pengangguran dan dampak-dampak lainnya. Kenapa tidak melakukan sosialisasi agar bisa mendapat masukan dari masyarakat dan berbagai stakeholders,” tutur Marsel.
Sebelumnya, Koordinator Pelaksana Program Penguatan Fungsi TNK Carolina Noge menyebut mulai 1 Agustus 2022, Pemprov NTT dan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) berencana menetapkan biaya ke kawasan konservasi TNK menjadi Rp 3,75 juta per orang untuk periode satu tahun. Biaya tersebut diterapkan secara kolektif tersistem yaitu Rp 15 juta per empat orang per tahun.
“Rp 3,75 juta per orang untuk periode satu tahun dan untuk kuota kunjungan ke TNK akan dibatasi 200.000 orang per tahun,” kata Carolina di kantor KLHK, Jakarta, Senin, 27 Juni 2022.
Dia menyebut wisatawan wajib melakukan registrasi secara online lewat situs web yang akan disediakan. Aturan kuota ini merupakan hasil Kajian Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Ekosistem di TNK yang telah dilakukan para ahli. Adapun jumlah ideal wisatawan yang diperoleh yaitu 219.000 orang per tahun, dengan jumlah maksimal kunjungan sebanyak 292.000 orang per tahun.
“Prinsipnya pengunjung tidak hanya ingin melihat komodo. Jika ingin melihat, cukup ke kebun binatang saja. Tapi kita ingin melihat kehidupan liarnya, dan di sana (TNK) harus benar-benar terjaga. Konservasi harus dominan,” ujar Caroline.