Jakarta, Suaranusantara.co – Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) membayar “utang” kepada Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri. Sebuah penghargaan dari Buka Tahun Bersama PWKI pada 21 Januari 2021 lalu
Utang itu di berikan pada Senin 12 April 2021 atau sehari menjelang di mulainya bulan Ramadhan di Kafe Hopeclat, di Gedung Permata Kuningan, Menteng Atas, Jakarta.
Pada acara tersebut hadir juga Wakil Ketua KPK Lily Pintauli, dan beberapa alumnus Lemhannas PPSA XXI antara lain Ketua Umum Kadin Babel Thomas Jusman, Deputi Pengkajian Lemhannas RI Reni Mayerni, Taprof Lemhannas Edi Permadi, Pengusaha Lina SE dan dosen Universitas Mercu Buana Jakarta Caturida Meiwanto Doktoralina.
Sementara dari PWKI hadir antara lain Ketua PWKI Ovier Dengen Paluin dari BeritaSatu, Ketua Panitia Buka Tahun Bersama PWKI 2021 Mercy Tirayoh dr KompasTV, presenter TVRI Fristian Griec, Gora Kunjana dari Investor Daily, dan Penasihat PWKI AM Putut Prabantoro dan Paulus Hutomo.
Penghargaan
Saat menerima tropi, Firli mengatakan bahwa sebagai ketua KPK ia tidak memberikan sesuatu kepada PWKI namun mendapat penghargaan. Hal ini membuatnya merasa terhormat.
“Terima kasih banyak atas dukungannya. Saya sudah menemukan kalimat terbaik untuk disampaikan kepada teman-teman. Kalimat terbaik berupa ungkapan yang ada dalam tropi yakni Engkau telah membuat negeri berwarna dan indah menjelaskan peran teman-teman ibarat seberkas cahaya yang mewujudkan indahnya pelangi,” katanya puitis.
Ia melanjutkan, “Saya bahagia sekali malam ini, karena saya ketemu dengan orang-orang baik. Benar adanya kata-kata bahwa dunia ini di penuhi oleh orang-orang yang baik. Namun seandainya orang tikak bisa berbuat baik, setidaknya tolong.. jadilah satu.”
Firli menyampaikan tiga pesan untuk para wartawan. Pertama, wartawan harus meyakini dalam berkarya Allah menyertai. Sebagai konsekuensinya, wartawan harus proaktif dan tidak pasif dalam melihat dan ikut menyelesaikan berbagai persoalan yang ada. “Tanpa keyakinan ini, kita tidak memiliki roh atau spirit dalam bekerja,” ujarnya.
Kedua, Indonesia membutuhkan wartawan terutama dalam masa pandemi ataupun bencana. Kata kunci bagi wartawan dalam melaksankan tugas dalam masa sulit ini adalah simpati dengan rela berkorban, solidaritas dan kebersahajaan.
Dengan ancaman tertular virus Covid, rela berkorban, dan simpati adalah spirit yang perlu di bangun oleh wartawan dalam melaksanakan tugasnya. Jika wartawan tidak rela berkorban, penderitaan ini sulit akan teratasi karena tidak ada informasi yang masuk ke pemerintah.
Ketiga, wartawan harus menjadi sumber inspirasi bagi semua kalangan. Baik bagi pemerintah yang menangani kasus Covid, masyarakat yang terpapar dan masyarakat yang tidak terpapar. Maupun masyarakat yang tidak mau tahu soal Covid.
Dalam konteks ini, para wartawan tanpa terkecuali sedang melaksanakan amanat Undang-Undang yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun sikap solidaritas dan gotong royong, serta sekaligus membangun sikap bersahaja.