Anggota Komite I DPD RI ini menyebut dukungan dana juga untuk pembiakan (breeding) sapi berupa kawing silang antara sapi lokal dengan sapi dari Australia atau dari daerah lain. Hal itu untuk memperbaiki jenis sapi yang dihasilkan. Tidak melulu sapi lokal seperti umumnya ada di NTT.
“NTT butuh peternak modern seperti di Australia. Saya beberapa kali ke Australia melihat peternakan sapi di sana. Mereka unggul karena didukung modal dan teknologi. Ada kawin silang, pakan tersedia, pekerja juga kuasai teknologi. Maka dukungan dana dari luar seperti DKI sangat diharapkan agar bisa memperbaharui proses ternak di NTT,” tutur pemilik Universitas Citra Bangsa (UCB) ini.
Disisi lain, dia meminta Pemprov NTT agar menggandeng perusahaan swasta atau pengusaha yang fokus dalam pengembangan sapi dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas ternak sapi. Kemudian menyiapkan lahan luas sehingga bisa produksi ternak dalam jumlah banyak.
Alasannya, hingga sekarang, belum ada perusahaan besar yang bisa menghasilkan sapi dalam jumlah banyak seperti terjadi di Australia. Yang terjadi adalah peternak hanya pelihara 2-3 ekor per orang. Kemudian dikumpulkan oleh tengkulak atau pengepul. Setelah itu baru dijual ke luar wilayah NTT.
“NTT punya lahan dan savanna yang luas. Tapi belum ada perusahaan yang menghasilkan sapi secara massal. Maka Pemda NTT perlu fasilitasi ini. Mudah-mudahan dengan dukungan modal dari DKI atau wilayah lain, bisa mempercepat itu semua. Saya yakin, produksi sapi dari NTT akan lebih banyak lagi jika seluruh infrastruktur pendukungnya tersedia,” ujar Abraham
Dia juga menyarankan agar yang dijual ke luar daerah tidak langsung berupa sapi hidup. Namun cukup dikirim berupa daging sapi yang sudah dipotong di NTT. Alasannya, para peternak sering menjual sapi betina, sapi yang sedang hamil, sapi yang masih kecil karena terdesak kebutuhan uang. Padahal sapi-sapi seperti itu sangat perlu untuk pembiakan dan menjaga keberlangsungan hidup ternak di NTT.
Dia menyebut MoU antara DKI dengan NTT tentang pembelian sapi sudah pernah dibuat pada masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering dipanggil Ahok, tahun 2014 lalu. Bahkan saat itu, Ahok menjanjikan kucuran dana besar untuk pengembangan sapi di NTT. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun ikut hadir bersama Ahok di Kupang, tahun 2014 lalu. Dia berharap MoU yang baru ditandatangan bisa lebih jauh ruang lingkupnya daripada yang dibuat Ahok tahun 2014 lalu.