LABUAN BAJO, SUARANUSANTARA.CO- Seorang istri berinisial EK nekat menikam suaminya, AAS, karena menduga adanya perselingkuhan. Dugaan tersebut muncul setelah AAS kedapatan membalas percakapan WhatsApp antara EK dan seorang pria berinisial N, salah satu pegawai Bank BRI di Labuan Bajo. Kejadian ini terjadi pada Jumat (10/01/2025) di rumah laundry milik keluarga mereka tepatnya di samping Gereja Katedral Rohkus Labuan bajo.
ASS yang menjadi korban mengatakan kejadian itu berawal saat anaknya meminta hp untuk main game. Saat itu hpnya lagi dicas akhirnya ia meminta hp dari EK untuk kasih ke anaknya.
“Kejadian itu bermula saat anak saya menangis minta hp saya untuk main nonton dan saat itu hp saya lagi dicas akhirnya saya minta hpnya istri saya untuk kasih ke anak saya,” ungkap ASS saat ditemui awak media di Labuan Bajo, Sabtu (11/01/2025), seperti dilansir Telisik.co.id.
“Tidak lama kemudian anak saya menangis karena jaringan internetnya lelet akhirnya saya kasih hp saya ke anaknya saya. Ketika saya memegang hpnya istrinya tiba-tiba ada notifikasi pesan WhatsApp masuk dari nama kontak “KKK” kemudian saya membuka isi chat itu dengan bunyi “Kenapa Selama Ini Menghilang Tidak Ada Kabar,” lanjutnya.
Ia menambahkan dari pesan itu, N meminta EK untuk bertemu dan ia pun membalas ketemu dimana, N pun membalas ditempat biasa.
“Kemudian N itu juga minta istri saya untuk ketemu dan saya bilang dimana langsung dia balas ditempat biasa, saya mau balas pesan untuk menanyakan tempatnya dimana istri saya langsung rebut hp yang ada ditangan saya akhirnya kami dua ini saling rebut itu hp akhirnya rusak,” ucapnya.
AAS menceritakan setelah perdebatan panjang akhirnya ia pun mengalah dan meninggalkan rumah. Kemudian ia pergi ke Laundry untuk menenangkan diri.
“Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya saya mengalah, setelah itu saya ambil SIM card dari hp itu dan meninggalkan pergi ke Laundry. Selang beberapa lama kemudian, istri saya datang ke Laundry dengan membawah sebilah pisau, tanpa basa-basi istri saya langsung menusuk saya sebanyak Lima (5) kali yang mengakibatkan luka di pipi kanan, luka di lengan kiri, dan punggung kanan, luka sobek di telunjuk tanga kanan dan luka robek pada bahu kanan,” ungkapnya.
Atas kejadian itu, ia pun melaporkan kejadian tersebut ke Polres Manggarai Barat dengan laporan Nomor: LP/B/9/I/2025/SPKT/Polres Manggarai Barat.
JJ Sebagai orang tua korban mengaku tidak terima dengan kejadian itu. Menurut JJ kejadian itu terlalu biadab, dan meminta aparat kepolisian untuk serius dan tegakan sesuai undang-undang yang berlaku,dan pelakunya agar segera ditangkap,dan jangan dibiarkan untuk melarikan diri.
“Jujur sebagai orang tua korban saya tidak terima dengan kejadian ini karena sudah sangat terlalu biadab dan saya minta aparat kepolisian untuk serius dan tegakan sesuai undang-undang yang berlaku,dan pelakunya agar segera ditangkap, dan jangan dibiarkan untuk melarikan diri,” ucapnya dengan nada geram.
JJ mengatakan pelaku yaitu EK merupakan salah satu pegawai yang bekerja di RSUD Komodo. Ia juga meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk memecat EK sebagai tenaga harian lepas di instansi tersebut.
“Pelaku (EK) ini bekerjasama di sebagai THL di RSUD Komodo dan saya juga meminta Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat untuk memecat yang bersangkutan,” ungkapnya.
Terpisah, dalam wawancara dengan media ini pada Sabtu malam (11/01/2025) usai melapor ke Polres Manggarai Barat, EK menjelaskan awal mula kejadian tersebut.
Menurut EK, konflik bermula ketika suaminya mengambil alih ponselnya secara paksa.
“Dia ambil HP saya pagi itu sekitar jam 07.00 pagi. Bocil (anak kami) yang awalnya memegang HP itu, lalu dia tukarkan HP-nya dengan HP saya. Dia langsung buka WhatsApp dan membaca semua chat saya dengan seorang teman dari Bank BRI. Semua pesan itu dia yang jawab,” ujar EK.
EK menjelaskan bahwa pria berinisial N, yang menjadi lawan bicara di WhatsApp, adalah pegawai Bank BRI yang membantunya mengurus pengajuan kredit.
“Saya sudah jelaskan kalau hubungan saya dengan dia hanya sebatas nasabah dan petugas bank. Tidak ada yang lain. Tapi suami tetap tidak percaya. Dia terus bertanya, ‘Apa hubunganmu dengan dia? Apakah kamu selingkuh?’ Saya jawab, tidak ada apa-apa,” tambahnya.
Namun, penjelasan tersebut tidak diterima AAS. Ia memukul EK hingga empat kali, membanting ponselnya hingga pecah, dan membuang kartu SIM milik EK.
“Saya hanya minta kartu SIM saya dikembalikan karena ada keperluan penting. Tapi dia tetap tidak mau kasih. Dia bilang sudah membuangnya,” cerita EK.
Puncak kekerasan terjadi ketika EK mencoba membela diri setelah dipukul berulang kali.
“Saya dicekik, dipukul, sampai akhirnya saya ambil pisau yang ada di meja laundry untuk menghentikannya. Saya tidak bermaksud melukai, tapi hanya membela diri,” katanya.
Baik EK maupun AAS kini sama-sama melaporkan kejadian ini ke Polres Manggarai Barat dengan bukti Syarat Tanda Terima Laporan Nomo: STTPL/11/12025/SPKT/POLRES MANGGARAI BARAT/POLDA NUSA TENGGARA TIMUR. EK mengaku sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suaminya.
“Saya lapor karena tidak tahan lagi dengan tindakan main tangan dia. Dia yang mulai memukul duluan, membanting ponsel saya, dan menuduh saya macam-macam. Pisau itu saya ambil karena sudah terdesak untuk melindungi diri,” tegas EK.
Sementara itu, N, pria yang disebut dalam percakapan WhatsApp tersebut, memberikan klarifikasi kepada media.
“Saya hanya menanyakan kabar dia (EK) terkait pengajuan kredit. Pesan-pesan saya tidak dibalas, jadi saya ulang bertanya. Tidak ada niat untuk hal-hal lain. Belakangan saya baru tahu kalau suaminya yang membalas pesan-pesan saya,” jelas N.
Menurut N, tidak ada ajakan bertemu dari pihaknya maupun komunikasi yang mencurigakan.
“Ini hanya miskomunikasi. Saya sudah berencana bertemu dengan keluarga besar mereka untuk menjelaskan semuanya, tetapi belum sempat bertemu karena ada alasan tertentu,” ujarnya. **