Jakarta, Suaranusantara.co – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT agar meninjau kembali rencana penetapan tarif masuk Taman Nasional (TN) Komodo. Apalagi tiket masuk mencapai Rp 3,75 juta per orang.
“Perlu kaji lagi. Harus lihat dampaknya, terutama bagi wisatawan dan pelaku wisata,” kata Abraham di Jakarta, Kamis, 30 Juni 2022.
Ia menjelaskan pembatasan masuk Taman Nasional Komodo (TNK) bisa saja diberlakukan jika memang itu hasil penelitian dari para ahli. Alasannya akan mengganggu habitat binatang purba Komodo jika terlalu banyak masuk tiap hari. Namun penentuan tarif masuk yang sangat tinggi harus ditinjau kembali.
“Kalau hasil kajian ahli bahwa hanya 200.000 orang dalam setahun, ya perlu batasi pengunjung saja, tetapi penentuan tarif jangan terlalu tinggi. Bisa tidak ada wisatawan lagi yang datang ke Labuan Bajo nanti,” ujar Abraham.
Senator yang sudah tiga periode ini memberi solusi atas tarif tiket masuk seperti pada penjualan tiket pesawat. Siapa yang pesan duluan, akan mendapat lebih murah. Namun jika dipesan menjelang hari kunjungan atau pada hari kunjungan, harus dikenakan biaya tinggi.
“Maksimal Rp 1 juta saja harga tiket masuk. Itu kalau yang pesan hari H. Jangan terlalu tinggi, di atas Rp 1 juta. Kalau pesan lebih awal, harus ada kemurahan tarif,” saran Abraham.
Dia setuju setiap pengunjung yang masuk TNK harus daftar online. Dengan kuota 200.000 orang setahun maka dibagi 365 hari akan mendapatkan 548 orang per hari. Siapa yang cepat daftar, mereka masuk TNK. Setelah kuota 548 orang per hari tercapai, akses masuk TNK langsung ditutup.
“Kalau untuk menjaga agar binatang Komodo tidak terganggu, ya sudah tepat harus dibatasi dengan sistem daftar online. Setelah melebihi kuota ya tutup, tetapi jangan dengan tarif tinggi,” tutur anggota Komite I DPD RI ini.
Pemilik Universitas Citra Bangsa Kupang ini mengingatkan, biaya wisata ke Labuan Bajo akan semakin mahal jika tarif masuk TNK benar-benar ditetapkan. Pasalnya, untuk masuk wilayah TNK, wisatawan harus membayar kapal cukup mahal. Belum lagi harus keluarkan biaya hotel, tiket pesawat dan akomodasi lainnya.
“Kasihan hotel, restaurant, pemilik kapal yang ada di sana. Hotel sudah banyak yang bintang lima. Restoran sudah banyak yang mewah-mewah. Kalau tidak ada tamu, ya mati mereka,” tegas mantan Ketua Kadin Provinsi NTT ini.