Labuan Bajo, suaranusantara.co —Mengingat maraknya kecelakaan laut, Satuan Polisi Perairan dan Udara (Sat Polairud) Polres Manggarai Barat bersama Tim SAR gabungan menggelar simulasi penyelamatan orang terjatuh ke laut di Perairan Labuan Bajo pada Kamis (31/7/2025) lalu.
AKP Dimas menyampaikan bahwa simulasi ini dilaksanakan mengingat maraknya kejadian laka laut di Perairan Labuan Bajo.Tercatat sejak bulan Januari hingga Juli 2025 ada 5 kejadian laka laut.
“Jumlah wisatawan yang menjadi korban kecelakaan laut sebanyak 27 orang dengan rincian tanpa cedera 23 orang, luka-luka 3 orang dan 1 orang meninggal dunia,” ungkap Dimas dalam keterangan tertulis yang diterima media ini.
Pihak-pihak yang terlibat dalam simulasi atau demonstrasi penyelamatan orang terjatuh ke laut itu adalah personil gabungan dari Sat Polairud Polres Mabar, Basarnas, Lanal Labuan Bajo, KSOP, Koramil 1612-02/Komodo, Kantor Imigrasi Labuan Bajo, Kesehatan Pelabuhan, Hotel Katamaran dan Pelaku Wisata.
Selain itu, kegiatan simulasi ini juga menggunakan berbagai fasilitas pendukung seperti speed boat, rigid inflate able boat (RIB), rescue car, dan mobil ambulance.
“Kemarin, kami bersama instansi terkait menggelar simulasi penyelamatan laka laut di dermaga Hotel Katamaran. Dalam simulasi tersebut didemonstrasikan beberapa kejadian laka laut, salah satunya orang terjatuh ke laut,” kata Kasat Polairud Polres Mabar, AKP Dimas Yusuf Fadhillah Rahmanto, S.Tr.K., S.I.K. saat dikonfirmasi, Senin (4/8/2025) pagi.
Kasat Polairud menjelaskan skenario dalam simulasi itu, bermula adanya broadcast atau komunikasi tentang adanya informasi orang yang jatuh ke laut. Setelah mendapatkan koordinatnya, Tim SAR gabungan langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP) menggunakan kapal.
“Simulasi ini diskenariokan wisatawan yang terjatuh dari kapal pinisi saat berwisata di perairan Labuan Bajo. Begitu menerima informasi itu, Tim SAR gabungan langsung mengerahkan armada laut menuju lokasi kejadian untuk melaksanakan evakuasi hingga akhirnya berhasil menyelamatkan korban,” jelasnya.
Ia menambahkan, dalam demonstrasi tersebut juga diskenariokan adanya orang yang terjatuh di sekitar pelabuhan dan di tengah laut.
Untuk di sekitar pelabuhan, dipraktikkan bagaimana cara penyelamatan menggunakan life buoy atau pelampung penolong yang ada di dermaga maupun ponton.
Sementara penyelamatan ditengah laut melibatkan Tim SAR gabungan dan juga tenaga kesehatan pelabuhan yang standby di kapal maupun speedboat.
“Di dermaga sudah ada life buoy, tapi kalau tidak pernah didemonstrasikan maka kita tidak akan tahu. Begitupula, dengan yang jatuh di tengah laut. Jadi, praktek yang diberikan dalam simulasi ini menjadi pedoman sebelum diimplementasikan secara langsung,” tutur AKP Dimas.
Selain kemampuan SAR laut, personil gabungan juga diberikan pemahaman dan keterampilan dasar mengenai evakuasi medis. Menurutnya, dengan penanganan pertama yang baik dan benar, maka korban akan terselamatkan.
Adapun materi evakuasi medis yang diberikan diantaranya adalah pertolongan pertama dan anatomi, penilaian dan pemeriksaan korban, pemindahan korban, penanganan korban cedera dan luka, RJP (resusitasi jantung paru) hingga terapi oksigen.
“Ini adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Tim SAR dari semua ilmu rescue, yakni pertolongan pertama (medical first responden), sebelum korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” ujarnya.
Lanjutnya, simulasi ini bertujuan meningkatkan kesiapan dan koordinasi antar instansi dalam menghadapi potensi laka laut di wilayah Perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat khususnya di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK).
Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan wisata bahari di daerah itu. Apalagi, kawasan itu merupakan salah satu destinasi pariwisata super premium yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Oleh karenanya, keselamatan dan kenyamanan wisatawan merupakan hal yang harus diutamakan.
“Tujuannya agar meningkatkan kesiapsiagaan personil serta meningkatkan sinergi dengan instansi terkait dalam operasi penyelamatan orang yang terjatuh ke laut, sehingga dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ada,” sebut Kasat Polairud.
Menurut Dimas, kecelakaan laut terjadi karena banyak faktor salah satunya karena kelalaian, oleh karena itu ia berharap simulasi ini dapat meningkatkan kerja sama antar pihak.
“Kejadian laka laut memang banyak disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca, kelalaian manusia dan faktor lainnya. Diharapkan melalui simulasi ini, dapat meningkatkan kerja sama antar potensi SAR agar penanganan laka laut lebih efektif dan efisien,” ungkapnya.