JAKARTA, Suaranusantara.co – Pemberlakuan tarif masuk ke Taman Nasional Komodo sebesar Rp 3.750.000 mendapat reaksi serius dari para pelaku pariwisata di Labuan Bajo. Mereka melakukan aski mogok masal sejak 1 Agustus 2022 dan akan berlangsung hingga 31 Agustus 2022.
Komisioner Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Republik Indonesia, Andre Garu mendesak pemerintah pusat untuk mempertimbangkan kembali kebijakan kenaikan tarif tersebut.
Apalagi, kata Andre, dampak kenaikan harga tiket itu menyebabkan aksi besar-besaran dari para pelaku pariwisata.
“Kalau para pelaku wisata akan mogok selama sebulan maka dampaknya sangat merugikan labuan bajo sebagai destinasi wisata super premium,” ujar Andre kepada suaranusantara.co, Selasa 2 Agustus 2022.
Ia mengatakan, seharusnya pemerintah pusat dan daerah mendengarkan aspirasi masyarakat sehingga tidak menyebabkan kegaduhan.
“Penolakan ini kan dampak dari kebijakan pemerintah yang dilakukan secara sepihak dan mengabaikan aspirasi kelompok pelaku pariwisata dan masyarakat yang ada di sana,” tegasnya.
Selain itu, menurut Andre, pemerintah juga mendukung monopoli bisnis karena tidak memberikan peluang bagi masyarakat lokal yang bergantung pada pariwisata.
“Kenaikan tarif ini sangat merugikan masyarakat di Pulau Komodo. Secara ekonomi sangat merugikan mereka, karena para pengunjung akan menggunakan kapal mewah dan tidur di hotel mewah,” ujar Andre.
Andre juga mempertanyakan dasar hukum kenaikan tarif dari harga Rp 150.000 menajdi Rp3.750.000 tersebut.
“Sampai saat ini, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 yang mengatur tarif tiket ke Taman Nasional Komodo masih berlaku atau belum dicabut. Kenapa tiba-tiba ada kenaikan tarif yang dilakukan secara sepihak,” terang mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) tersebut.
Andre menambahkan, polemik yang terjadi di labuan bajo sangat ironis dengan kunjungan presiden sebelumnya.
“Baru-baru ini presiden pulang dari Labuan Bajo, salah satu agendanya untuk meresmikan ratusan homestay yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi pengunjung. Namun, setelah aksi mogok massal, banyak pengunjung membatalkan niatnya mengunjungi Labuan Bajo,” tutup Andre.