Labuan Bajo, suaranusantara.co – Sebuah video yang diterima hari ini oleh tim redaksi Suara Nusantara memperlihatkan sekelompok masyarakat adat Mbehal yang tampak sedang mengusir sekelompok orang yang datang di lokasi Merot, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Sabtu, 15/11/2025 sekitar pkl. 11.35 Wita.
Kelompok itu datang menggunakan sebuah mobil strada berwarna hijau untuk memasang pilar di lokasi yang diakui sebagai milik Yosep Akop. Kehadiran mereka sontak memicu kemarahan dan kemudian berakibat pada pengusiran.
Diketahui bahwa lahan yang didatangi oleh kelompok itu sampai saat ini masih menyimpan bara konflik karena klaim kepemilikan, meski secara de facto di lapangan seluruhnya dikuasai oleh Ulayat Mbehal.
Salah seorang pria yang terlihat dalam video itu adalah Yosep Akob, mengenakan topi, Baju kaos Kemeja, celana hitam dan memegang parang panjang asal kampung Terlaing.
Sedangkan seorang lagi adalah Save Dagun, mengenakan baju kaos biru, topi kuning, sepatu putih terlihat sedang meminta warga untuk menghentikan pembicaraan sambil membuat vidio dan mengajak untuk pulang rumah.
Dari hasil penelusuran tim kami, Save Dagun adalah seorang penyusun buku ensiklopedi Manggarai, adik kandung dari dari Rikar Bagun anggota Dewan Pengarah dan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Masyarakat adat Mbehal menganggap kelompok itu datang tanpa permisi, kemudian melakukan kegiatan memasang pilar di atas lahan ulayat mereka.
Berdasarkan keterangan warga setempat, semula Save Dagun bersama Yosep Akop dan warga lainnya ditemui warga Mbehal di kebun yang diakui merupakan milik Yosep Akop.
Setelah ditegur oleh warga Mbehal Save Dagun bersama amggotannya yang lain keluar dari kebun tempat mereka bekerja.
Saat ditanyai oleh salah seorang warga adat Mbehal Yosep Akop menjawab “tanah itu diserahkan oleh Bone Bola Tu’a golo (Tokoh adat) Tarlaing sejak tahun 2008,” Jawab Yosep dikutip dari vidio yang dikirim warga kepada awak media ini.
Jawaban Yosep Akop langsung disambar oleh warga adat lainya dengan mengatakan “tidak ada tanah Bone Bola di sini,” sambar warga itu.
Kemudian warga itu kembali bertanya apa isi di dalam kebunmu itu? Yosep menjawab “tidak ada isinya,” balasnya singkat.
Setelah warga menanyakan Yosep Akop, salah seorang warga adat Mbehal atas nama Karolus Ngotom bertanya kepada Save Dagun “Om dari mana?,” lalu dijawabnya “Saya dari Kuwus” kemudian Karel berkata “Tidak ada tanahnya orang Kuwus di sini,” tegas Karel yang mengenakan baju kaos merah saat dialog langsung dengan Save Dagun
Keterangan berbeda disampaikan oleh Save Dagun saat dihubungi oleh suaranusantara.co melalui pesan whatsap pada pkl. 15.17 Wita, hari itu
Isi pesan itu menanyakan tujuan kehadirannya di lokasi itu, hal-hal yang ditemukannya dan meminta pendapatnya terkait kejadian itu.
Dari beberapa pertanyaan itu, Save Dagun menjawab “Saya lagi liburan dan saya diajak emkoe (bapa kecil) Yosep untuk lihat jalur baru pembuatan jalan pelabuhan sekalian nonton pembersihan lahan,” balas Save Dagun
Mengkonfrontir keterangan warga Mbehal yang menemui Save Dagun dan anggotanya saat berada di kebun, wartawan pun kembali meminta kepastian atas jawabannya namun ia memberikan keterangan yang berbeda.
Wartawan kembali bertanya lahan yang dimaksud itu milik siapa? dan bagaimana komentar bapak terhadap respon masyarakat saat bertemu di lokasi itu?
Ia pun balik bertanya “Kamu ini siapa?,” lalu wartawan bertanya apakah bapak sudah perhatikan perkenalan saya?
“Ya, saya sudah menjelaskan saya lagi liburan!,” Jawab Save Dagun dengan narasi membalikan fakta.
Sementara saat warga Mbehal menanyainya di lokasi tempat mereka bertemu, Save Dagun tidak menjelaskan bahwa dirinya datang ke Labuan untuk berlibur dan melihat pembangunan jalan dan pelabuhan di Manggarai Barat.
Meskipun berbeda dengan faktanya namun ia tetap mengatakan bahwa ia datang libur dan berniat untuk menyelidiki vidio yang dikirim oleh kepadanya oleh awak,media ini.
“Sekali lagi, saya lagi liburan. Saya akan selidiki video ini ya, tunggu saja,” jawab Save Dagun mengulang kalimat yang sama.
“Saya akan menyelidiki narasi yang arah ke saya, ya!,” sambungnya
Selain bertanya terkait tujuan kehadirannya di lokasi Merot, wartawan juga meminta komentarnya terhadap respon masyarakat di lokasi tempat mereka bertemu.
“Sekali lagi, saya hanya menyaksikan pembangunan Pemda Mabar jalan raya dan menonton orang lagi bersih lahan. Kalau anda wartawan, itu saja jawab saya,” jelas Save Dagun.
Pada kesempatan yang berbeda warga setempat mengakui bahwa Save Dagun sering kali masuk di lokasi yang sama.
Warga adat Mbehal pernah mengusirnya pada saat membangun rumah yang letaknya berhadapan dengan pelabuhan sekitar tanggal 14 November 2024.
Mencermati vidio itu, Ketua LSM ILMU Dionisus Parera mengungkapkan kekesalannya atas kejadian yang melibatkan tokoh berpendidikan tinggi apa lagi sekelas penulis buku.
“Sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh kedua orang itu, karena akan mengakibatkan terjadinya konflik di akar rumput. Mestinya yang lebih berpendidikan, jadi pembawa jalan keluar yang baik untuk meredam konflik. Apalagi di lokasi itu pernah terjadi pertumpahan darah pada tahun 2017, dua orang tewas,” tutur Doni dengan nada kesal saat dihubungi awak media ini.









































































