Soe, Suaranusantara.co – Anggota MPR/DPD RI dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto mengemukakan kegiatan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) ala Orde Baru sangat bermanfaat memperkuat nilai-nilai Pancasila. Kegiatan seperti itu perlu dihidupkan lagi di masa sekarang karena banyak generasi muda yang sudah lupa akan nilai-nilai luhur Pancasila.
“Memang harus diperbaharui, tidak copy-paste seperti Orde Baru. Tetapi kegiatan seperti itu perlu untuk perkuat nilai-nilai Pancasila,” kata Abraham dalam kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pekan lalu.
Ia melihat saat ini, banyak masyarakat yang sudah lupa akan empat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika. Hal itu karena derasnya pengaruh ideologi lain yang masuk ke negara ini seperti ideologi khilafah atau radikalisme.
Pengaruh ideologi luar ini, lanjut Abraham, sudah sampai ke desa-desa. Sementara pemahaman terhadap empat pilar bangsa sudah luntur. Jika tidak ada yang menggelorakan lagi, lama-lama semua anak bangsa lupa akan ideologi bangsanya.
“Setelah tidak ada lagi penataran P4, masyarakat akhirnya lebih gandrung terhadap ideologi lain. Ini sangat berbahaya bagi bangsa ini,” tegas Abraham.
Pemilik Universitas Citra Bangsa Kupang ini menyebut dampak penghapusan P4 sangat terasa saat ini. Banyak masyarakat yang lupa akan nilai-nilai Pancasila. Bahkan menghafal lima sila Pancasila saja tidak bisa. Berbeda pada zaman Orde Baru yang mewajibkan setiap siswa atau mahasiswa mengikuti P4 saat menjadi siswa baru.
“P4 itu efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan sekarang. Anak muda sekarang lebih gandrung dengan ideologi dari luar seperti khilafah, radikalisme, terorisme, dan lainnya,” tutur Abraham.
Dia setuju jika pelajaran Pancasila dan pilar-pilar bangsa lainnya kembali ke sekolah-sekolah. Tinggal format dan cara penyajiannya harus beda dengan model Orde Baru. Hal itu supaya tidak terjadi doktrinasi yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik penguasa.
“Metodenya harus disesuaikan dengan trend masyarakat sekarang. Misalnya model pelajaran dengan lebih banyak nonton film. Atau materi Empat Pilar di share lewat Youtube supaya semua masyarakat bisa menontonnya,” saran Abraham.